Jumat, 24 September 2010

jenius

5 Tokoh yang Mendobrak Batas Antara Jenius dengan Gila
Kamis, 11 September 2008
tags: mood, depresi, skizofrenia, bipolar, manik, van gogh, john nash, edgar allan poe, beethoven, newton, inteligensi, cerdasoleh CatshadeBatas itu, kalau kata orang-orang, memang tipis. Tapi dari berbagai studi terhadap tokoh-tokoh terkenal dunia yang diakui kreativitas dan kecerdasannya, mungkin batas itu tidak ada sama sekali. Situs Howstuffworks menampilkan 5 orang jenius dari berbagai bidang yang diketahui atau dicurigai (sulit dibuktikan dengan pasti karena mereka sudah wafat ratusan tahun lampau) menderita penyakit jiwa.

5. John Nash: Matematikawan pemenang Nobel Ekonomi ini menderita skizofrenia yang disertai gejala halusinasi (mendengar suara-suara) dan delusi (mengira dirinya pembawa firman dari surga dan dikejar-kejar oleh presiden, paus, dan orang-orang komunis).

4. Vincent van Gogh: Baru dikenal dunia setelah kematiannya (dengan cara bunuh diri). Ia memotong sebagian telinganya dan diceritakan sering menenggak terpentin dan mengudap cat kering. Berdasarkan analisis terhadap produktivitas melukisnya, diduga ia menderita gangguan bipolar (perubahan mood yang ekstrim dari mania (gembira berlebih) ke depresi berat).

3. Edgar Allan Poe: Penulis terkenal ini juga adalah seorang pemabuk berat, dan dari surat-suratnya diketahui sering memikirkan bunuh diri. Berdasarkan interpretasi surat-suratnya pula ia diduga juga mengalami gangguan bipolar.

2. Ludwig van Beethoven: Dibesarkan oleh ayah yang pemabuk dan suka main pukul, komposer ini mengalami ketulian di usia dewasanya. Bayangkan betapa stresnya seorang pemusik yang tidak bisa mendengar nada. Berkeinginan bunuh diri dan juga termasuk salah satu penderita gangguan bipolar.

1. Isaac Newton: Diagnosis? Lagi-lagi gangguan bipolar, kecenderungan psikotik (delusi dan halusinasi), dan skizofrenia. Gejala-gejala ini diduga pengalaman traumatis di masa kecilnya, di mana ia dipisahkan dari ibunya sejak umur 2 hingga 11 tahun.

(Simak artikel selengkapnya dari tautan yang ada di klip di bawah artikel ini)

Dari kelima profil itu, mungkin anda bertanya-tanya: Apa sih hubungan gangguan bipolar dengan kejeniusan mereka? Apakah yang satu mempengaruhi yang lain, atau itu hanya kebetulan saja? Secara teoritis dan empiris, belum ada kesimpulan yang meyakinkan dan diterima secara luas mengenai hubungan kedua hal itu. Tapi coba simak penuturan Kay Jamison berikut, seorang profesor psikiatri dari John Hopkins University yang juga menderita gangguan bipolar:

“I honestly believe that as a result of [my illness] I have felt more things, more deeply; had more experiences, more intensely; loved more, and have been more loved; laughed more often for having cried more often; appreciated more the springs, for all the winters… Depressed, I have crawled on my hands and knees in order to get across a room and have done it for month after month. But normal or manic I have run faster, thought faster, and loved faster than most I know.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar